Sabtu, 25 September 2010

Resident Evil 4 : After Life : Sebuah Sekuel yang Over Dramatis


Oleh  :  Handi Budiman



Ketika game Resident Evil rilis pertama kali untuk Sony Play Station, saya sangat excited untuk memainkannya. Sebaliknya, ketika filmnya rilis untuk pertama kali, hasilnya sangatlah jauh dari ekspektasi saya.
Film keempat dari Resident Evil yang diberi sub judul “After Life” ini mengisahkan Alice (Milla Jovovich) yang berangkat menuju Arcadia di Alaska, lokasi di mana para survivor dari T virus berada. Di sana, ia hanya berhasil menemukan Claire Redfield (Ali Larter). Ketika terbang dengan helicopter tak tentu arah dan tiba di Los Angeles, mereka bertemu dengan beberapa orang survivor di sebuah penjara yang belum berhasil ditembus para infektan. Di sana, mereka berusaha menyelamatkan diri mereka sambil memecahkan teka-teki di balik Arcadia.
Banyak sekali adegan slow motion ala The Matrix dalam film ini sehingga saya mendapat kesan bahwa film ini terlalu dramatis. Bahkan, pada adegan ketika Alice dan Claire melawan makhluk bertopeng dengan senjata gergaji raksasa di area kamar mandi, selama beberapa detik, saya mengira Ali Larter sedang menjadi Claire sekaligus membintangi iklan sampo.
Jika maksud Paul W.S. Anderson sebagai penulis adalah agar penonton yang bukan penggemar game Resident Evil dan belum menonton ketiga prekuel film ini bisa menangkap secara cepat inti sari kisah film ini, maka ia berhasil sebagai penulis. Namun, jika ia bermaksud sebaliknya, maka ia gagal karena jika dibanding ketiga prekuelnya, kompleksitas cerita film ini adalah yang terlemah. Bahkan, saya merasa sub judul “After Life” lebih cocok jika diganti dengan “Arcadia”.
Terlepas dari kelemahan yang ada, film ini masih menyajikan special effect yang baik. Dan saya menyukai proses ketika badan dua ekor anjing penjaga masing-masing terbelah menjadi dua.
Jika Anda adalah tipe penonton yang menganggap bahwa film yang baik adalah film dengan minim dialog dan banyak adegan action, maka film ini adalah film yang cocok untuk Anda. Namun, jika Anda adalah penonton yang lebih mementingkan “isi” dari sebuah film seperti saya, film ini bisa Anda lewatkan.



Score               :             5      /   10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar